Powered By Blogger

Minggu, 15 Agustus 2010

PEMUDA ADVENT DAN BLACKBERRY


Seorang saudara yang tinggal di luar negeri terheran heran ketika datang ke Indonesia mendapati bahwa orang Indonesia tergila gila dengan Blackberry, "heran deh orang Indo, tergila gila amat ama Blackberry." : ujarnya. Ya tak dapat dipungkiri produk yang aslinya dari Canada ini seakan akan menghipnotis semua orang khususnya orang muda untuk mengganti perangkat Hand Phone dengan jenis yang satu ini, tentunya ada dorongan dan maksud yang berbeda beda : Ada yang hanya sekedar ingin gaya gayaan, Ada pula karna memang kebutuhan pekerjaan, Ada juga yang hanya merasakan gimana sih rasanya pegang blackberry. Pabrikan BB (bukan Bau Badan tapi singkatan dari BlackBerry)sendiri meluncurkan beberapa jenis produk yang bisa disesuaikan dengan motif pemakaian serta kantong dari si pemakai, bagi kawula muda jenis javelin dan gemini sangat mumpuni untuk lifestyle, bagi businessman tersedia Bold, Onyx ataupun Strom yang dapat menunjang pekerjaan.
Apa sih kelebihan dari BlackBerry ? Untuk yang satu ini, banyak yang bisa didaftarkan tapi umumnya orang memakai BlackBerry adalah untuk keperluan Internet dan bisa mobile, artinya akses dimana saja dan tanpa batas, mulai dengan mengaktifkan email, browsing, chatting dengan BBM (bukan bahan bakar minyak tapi Blackberry Messenger) hingga yang paling tren facebookan. Tapi bukan hanya itu saja, Blackberry dapat berfungsi seperti organizer untuk mengatur seluruh jadwal kita, tersedia beberapa aplikasi aplikasi yang intinya dapat menunjang aktivitas kita. Dan satu hal yang penting BlackBerry akan berfungsi dengan maksimal apabila terkoneksi dengan internet, untuk yang satu ini provider provider seperti XL, Telkomsel, 3 dan beberapa yang lain memainkan peran yang tak kalah jitu, kalau menggunakan Telkomsel tawaran menarik terbagi menjadi 3 bagian, sekedar untuk lifestyle dengan materi utama facebook dan chat, atau business dengan materi akses email atau banderol internet tanpa batas dengan balutan harga yang lumayan tinggi, tinggal tergantung kocek kita mau diambil untuk perhari, perminggu atau perbulan. Dan jangan lupa perpanjangannya otomatis tanpa pemberitahuan terlebih dulu.
Sekarang apa kekurangan atau keterbatasan lebih tepatnya dari BB ? Yang pertama mungkin yang paling banyak dikeluhkan adalah Layarnya kecil, browsing tidak seenak di PC or Laptop, kemudian ada juga yang mengeluhkan untuk koneksi Internet selain ada yang tersedia Wifi, harus mengeluarkan kocek lagi ke Provider, juga ada yang belum terbiasa dengan keypadnya akan sedikit membutuhkan penyesuaian. Dan yang terakhir adalah pengguna BlackBerry sering akrab dengan kata "lemot" seiring banyaknya aplikasi yang diaktifkan, memory tidak cukup, lalu lintas internet padat maka terjadilah lemot alias berkurangnya tingkat kecepatan BB.
Pemuda Advent apakah salah memiliki BB ? tentunya tidak, tapi yang perlu untuk di soroti dan disikapi dengan bijak adalah dampak penggunaan BB yang tanpa disadari merobah gaya hidup seorang anak Tuhan, mari kita lihat beberapa situasi dan kondisi yang tercipta dengan penggunaan BB dan beberapa solusinya :
1. BB memang dapat menjadi teman yang baik ketika dalam keadaan menunggu atau antri di suatu tempat, ataupun ketika berjalan di mall atau dimana saja, tapi tak jarang saat ini karna keasyikan main BB, maka orang tersebut tidak lagi mempedulikan dimana dia berada, mulai dari ketawa ketiwi sendiri, hampir nabrak orang karna keasyikan perhatiin BB ataupun memunculkan ekspresi ekspresi yang aneh yang ditampilkan mungkin karna melihat sesuatu di BB, nyatanya ini semua mengundang reaksi orang yang disekitarnya menjadi bingung dan mencibir. So... Kendalikanlah BB dan dirimu ketika berada di kawasan umum terlebih juga ketika berada di Kebaktian Kebaktian Gereja entah itu hari Sabat atau rabu malam ataupun KPA. Bagaimana caranya ? cara yang paling tepat ada tinggalkan Bbmu ketika ke Acara PA atau kebaktian lainnya, tapi ada yang ngomong, takut hilang kalau ditinggal dirumah ( dimana hartamu berada disitu hatimu juga), Okelah klo begitu, jalan tengahnya matikan Bbmu (silent or off) dan kendalikan dirimu supaya tidak pernah menyentuh itu selama kebaktian.
2. Zaman sudah berobah, kata Pendeta zaman dulu mulailah harimu dengan Tuhan dan akhirilah harimu bersama Yesus, berdoa dan baca Alkitab menjadi aktivitas pribadi pertama dan terakhir sepanjang hari. Tapi apa yang terjadi kini ? BB menjadi yang pertama dan yang terakhir.. Yah.. tak jarang banyak pemuda dan pemudi Advent ketika bangun, langsung menarik BB yang ditaruh di sisi tempat tidur, tak jarang ada pemuda yang tertidur dengan BB masih ditangan, Jangan sampai BB mengambil alih Tuhan dalam hidupmu, ini yang di namakan Berhala, buang jauh jauh Bbmu apabila itu sudah merampas waktumu dengan Tuhan.
3. BB dapat menunjang pekerjaan dapat juga menghambat bahkan menghancurkan pekerjaan dan aktivitas harian anda bahkan bisa memerosotkan moralmu, contoh kalau orang muda ke sekolah dan kuliah, sering kali tidak memperhatikan materi kuliah tetapi BB melulu yang jadi pusat perhatian, maklumlah lagi BBM, browsing, cek email, facebookan dll... Jangan pula Download dan saling mengirim video video porno, jangan sampai BB menjadi pusat perhatian utama dari pada yang seharusnya jadi yang utama.
Kesimpulan
1. Kendalikan dan bijaklah menggunakan Bbmu, jangan sampai itu merampas waktumu, aktivitasmu, keluargamu, dan Tuhanmu.
2. Gunakanlah Bbmu tepat sasaran, BB sangat mobile, gunakanlah BB untuk membagikan info info yang penting ke teman temanmu, atau hasil meditasi Alkitabmu tadi pagi kirimkan panjang lebar di groups Bbmu, ataupun bagikan pelajaran pelajaran rohani lainnya, singkatnya gunakan BB untuk menginjil.
3. Download atau isilah Bbmu dengan Alkitab dan Tulisan Roh Nubuat sehingga dimana saja engkau boleh membaca surat cinta Tuhan bagimu
Terakhir bagi yang belum punya BB dan berencana untuk membeli jawab dahulu pertanyaan ini, Untuk Maksud Apa Membeli BB ? jangan membeli BB kalau hanya ingin facebookan supaya bisa gaya gayaan yang akhirnya akan menuntun ke penggunaan BB dalam cara yang salah dan akhirnya jatuh dalam dosa menyembah ilah lain. Firman Tuhan berkata dalam Keluaran 20:3 : "Jangan ada padamu ilah lain dihadapanKu." Itu berarti juga segala sesuatu yang kita tempatkan melebihi atau diatas Tuhan itu sama dengan ilah lain. Biarlah kita boleh gunakan fasilitas yang ada termasuk BB untuk kemuliaan Tuhan semata mata. (19 July 2010)

Humor

KUDA SOMBONG 

Seorang mahasiswa yang segera akan menyelesaikan pendidikan seminarinya mengikuti kegiatan field school atau KKN (kuliah kerja nyata) di sebuah daerah pelosok yang jauh dari kota. Penempatan di daerah pedalaman ini antara lain untuk pendidikan mental pemuda yang agak sombong ini karena dia berasal dari keluarga berada di kota besar.Dalam perjalanan dengan bis penumpang umum menuju sebuah desa dia duduk berdekatan dengan seorang ibu petani yang terus memangku sebakul jagung.“Bu, hanya sebakul jagung saja sampai dipangku seperti itu.
Kenapa tidak ditaruh di lantai saja?” kata pemuda kota ini.“Ini makanan pokok kami yang paling berharga,” jawab ibu petani itu.“Makanan berharga? Kalau di kota, jagung hanya untuk makanan kuda,” ujarnya dengan nada sombong.Saat bis mulai memasuki jalan menurun yang berkelok-kelok, pemuda tersebut mulai terserang pusing dan mual sampai akhirnya termuntah-muntah. Rupanya pagi hari itu dia sempat sarapan bubur sayur campur jagung yang kini terlontar keluar.“Supir, berhenti! Ada kuda muntah di samping saya!” teriak ibu petani.[Kiriman: Daisy Kolanus, Jakarta/Wayne Rumambi, Colorado]
(Pesan moral: Pepatah lama mengatakan, setiap kesombongan selalu ada harganya! Kerap kali kesombongan mesti dibayar dengan uang, terkadang dengan rasa malu. “Tuhan itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh” Mzm. 138:6.)*** 


CALON INTEL 

Badu, seorang remaja putus sekolah, berambisi menjadi petugas intel kepolisian. Demikianlah pada hari yang ditentukan dia menghadap perwira penguji untuk ujian pengetahuan umum secara lisan.Penguji: Soal pertama, geografi. Sebutkan kota di pulau Jawa yang selalu mendapat nilai 7?Badu: Salatiga, pak. Sebab kalau salah dua nilainya pasti 8!Penguji: Jawabanmu masuk akal, meski bukan itu yang dimaksud. Sekarang Bahasa Indonesia. Uraikan kalimat “Apa sebabnya dinamakan nasi goreng.”Badu: Sebab Dina lapar.Penguji: Apa maksud kamu?Badu: Jawaban sesuai bunyi pertanyaan bapak, “Apa sebabnya Dina makan nasi goreng.”Penguji: Hmm…boleh juga argumentasi kamu. Lanjut dengan soal fisika. Apa sebabnya suhu udara di Indonesia belakangan ini semakin panas?Badu: Sebab Matahari buka cabang di mana-mana!Penguji: Kamu main-main atau mau bercanda, ha? Badu: Tidak pak. Saya menjawab secara jujur, karena saya orang Kristen!Penguji: Kalau kamu benar-benar orang Kristen, siapa yang membunuh Habel?Badu: Ehm…ehmm… (tergagap).Penguji: Kalau begitu sekarang juga kamu pulang dan cari tahu!Ketika Badu tiba di rumah dia sudah ditunggu oleh ibunya dan beberapa teman. “Bagaimana, berhasil? Apa kamu lulus diterima jadi intel?”“Wah, tidak disangka saya langsung mendapat tugas penting,” jelas Badu dengan bangga. “Saya diperintahkan segera mencari pembunuh korban bernama Habel!”
(Pesan moral: Terkadang sulit memisahkan antara keganjilan berpikir dengan kedunguan. Namun, kecerdasan menurut dunia bisa jadi kebodohan bagi surga. “Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat” 1Kor. 3:18.)*** 


HITAM JUGA, PUTIH JUGA 

Seorang gembala di Palestina sedang menggembalakan domba-dombanya di padang ketika lewat seorang wartawan yang tertarik pada kawanan ternaknya yang sebagian berwarna hitam dan sebagian lagi putih.“Dombamu cukup banyak. Bolehkah saya bertanya sesuatu?” tanya wartawan itu.“Tentu saja boleh,” balas gembala.“Sampai seberapa jauh ente menggembalakan domba-domba itu setiap hari?”“Domba yang mana, yang hitam atau putih?”“Yang hitam.”“Tiap hari mereka berjalan sampai sekitar lima kilometer,” jelas gembala.“Kalau yang berwarna putih?”“Yang putih juga.”“Seekor domba makan berapa banyak rumput dalam sehari?”“Domba yang mana, yang hitam atau putih?”“Yang hitam.”“Rata-rata domba yang hitam makan sebakul rumput dalam sehari.”“Kalau yang putih?”“Yang putih juga.”“Berapa pon wol dapat dihasilkan seekor domba dalam setahun?”“Domba yang mana, yang hitam atau putih?”“Yang hitam.”“Biasanya dalam setahun domba yang hitam menghasilkan 5-6 pon wol.”“Kalau yang putih?”“Yang putih juga.” Wartawan menjadi penasaran lalu bertanya, “Mengapa setiap kali saya bertanya, ente selalu membedakan antara domba yang hitam dan yang putih?”Jawab si gembala, “Tentu saja, karena domba yang hitam itu milik saya.”“Kalau yang putih?”“Yang putih juga!”
(Pesan moral: Banyak orang memiliki kebiasaan berpikir dikotomis, suka membeda-bedakan orang berdasarkan atribut tertentu, meski pada hakikatnya semua manusia adalah sama di mata Tuhan. Kemajemukan umat Tuhan bukan untuk dipisah-pisahkan melainkan untuk diintegrasikan. “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang” Kis. 10:34.)

Humor : NORMATIF, ALKITAB, PENALARAN


NORMATIF                
Seorang pemuda Yahudi meninggalkan tanah air untuk merantau dan mencari pengalaman di Amerika. Setelah bertahun-tahun bermukim di Negeri Paman Sam itu akhirnya dia kembali ke kampung halaman di Israel.                “Ishak, kenapa kamu tidak memelihara janggut, seperti kebiasaan leluhurmu?” tanya ibunya demi melihat muka putranya yang kelimis.                “Bu,” jawabnya, “di Amerika tidak ada orang yang berewokan.”                “Bagaimana dengan hari Sabat, apa kamu masih tetap pelihara?”                “Bu, di Amerika orang bekerja pada hari Sabat itu lumrah.”                “Apakah kamu masih tetap makan makanan yang halal?”   
             “Bu, di Amerika susah sekali mencari rumah makan yang menghidangkan makanan halal.”                Airmuka ibunya langsung menunjukkan kekecewaan yang dalam. Sebab semua yang telah dilanggar anaknya itu merupakan doktrin agama yang pokok. Lalu, dengan nada pesimistik sang ibu berbisik ke telinga anaknya itu:                “Tapi kamu masih tetap dalam keadaan bersunat ‘kan?” 
(Pesan moral: Banyak orang yang tetap berjuang keras untuk mempertahankan iman mereka di tengah badai pergumulan hidup, tapi tidak sedikit yang merasa cukup nyaman dengan hanya memelihara standar iman yang minimal saja, dengan berbagai alasan. “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna” Mat. 5:48.) *** 




ALKITAB                
Seorang kolektor buku-buku kuno dikunjungi oleh seorang teman saat dia tengah sibuk membenahi koleksinya.                “Wah, saya lupa kalau kamu senang dengan buku-buku tua seperti itu?” ujar temannya. “Kemarin saya menemukan sebuah buku lama tapi langsung saya buang ke tempat sampah.”                “Buka lama seperti apa maksud kamu?” tanya sang kolektor.                “Itu hanya sebuah Alkitab tua yang sudah kumal dan kotor. Di sampulnya seperti ada tulisan Guten— apa begitu.”                Tuan rumah segera mendongakkan kepala. “Gutenberg?”                “Ya…ya…seperti itu, Gutenberg. Memangnya kenapa?” kata tamunya.                “Bodoh kamu!” sergah si kolektor. “Itu Alkitab cetakan paling pertama di dunia. Buku seperti itu minggu lalu laku dilelang dengan harga lebih dari $1 juta, tahu?!”                “Tapi buku yang saya buang itu sudah penuh dengan coret-coretan,” tambah temannya lagi. “Banyak halaman buku itu yang pada bagian tepinya dipenuhi catatan oleh seseorang yang bernama Marthin Luther.”                “Haa..!?” Sebuah buku tebal dan berat terlepas dari tangan si kolektor dan jatuh menimpa kakinya sendiri—saking kagetnya! 
(Pesan moral: Buku paling berharga yang pernah diterbitkan adalah Alkitab, karena isinya mengungkap jalan keselamatan yang menuntun manusia kepada hidup kekal. Sejak zaman dulu, di tangan orang-orang yang berdedikasi buku ini telah membawa jutaan orang mengenal Juruselamat dunia, namun tidak semua orang mengerti betapa berharganya buku ini. “Kalian mempelajari Alkitab sebab menyangka bahwa dengan cara itu kalian mempunyai hidup sejati dan kekal. Dan Alkitab itu sendiri memberi kesaksian tentang Aku” Yoh. 5:39.) *** 




PENALARAN                
Seorang pendeta sedang memberi pelajaran Alkitab kepada sekelas anak-anak kecil. Hari itu dia bercerita tentang nabi Elisa yang diejek oleh segerombolan anak-anak sebagaimana tertulis dalam kitab 2Raja-raja pasal 2.                “Pada hari itu, nabi Elisa berjalan kaki menuju ke kota Betel,” kisahnya. “Sementara nabi itu melewati jalan yang mendaki ke kota itu, keluarlah serombongan anak-anak mendapatkannya.                “Mereka berjalan mengikuti dia dari belakang sambil berteriak-teriak mengejek, ‘Botak, botak, naiklah botak!’ “Memang waktu itu tidak ada sehelai rambutpun yang tumbuh di kepala nabi Elisa. Nabi yang sudah terengah-engah itu menoleh ke belakang. Dia menjadi marah dan mengutuk anak-anak itu.                “Tiba-tiba, dari hutan keluarlah dua ekor beruang lalu mengejar dan mencabik-cabik anak-anak yang nakal itu. Empat puluh dua orang anak mati terbunuh.”                Seluruh kelas hening. Semua membayangkan betapa mengerikannya kejadian di tempat itu. Sementara mereka terdiam, pendeta kemudian bertanya:                “Nah, anak-anak, dari cerita ini pelajaran apa yang dapat kita ambil?”                Seorang gadis cilik langsung mengacungkan tangannya. “Itu pelajaran matematika dan ilmu hewan yang menjelaskan berapa orang anak dapat ditangkap oleh dua ekor beruang!” 
(Pesan moral: Secara teoretis kemampuan memahami Alkitab dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan, kecerdasan penalaran, dan pengalaman belajar. Namun sesungguhnya dalam hal memahami firman Tuhan semua orang memiliki kemampuan yang setara bilamana dituntun Roh Kudus; dan jika mengandalkan kemampuan diri sendiri hasilnya sering berupa pemahaman kanak-kanak. “Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu…” 1Kor. 14:20.)

Humor : MIMPI KE SURGA, BUKTI KENAKALAN, SESUAI DENGAN ZAMAN

MIMPI KE SURGA

Hari Sabat itu Ari dan Kaleb datang terlambat ke gereja, padahal itu adalah Sabat ke-13 dan kelas pra-remaja di mana mereka berdua tergabung hendak menampilkan acara di depan jemaat.
Ketika mereka berdua dengan tergesa-gesa dan hampir bersamaan masuk ke kelas teman-teman sudah berada dalam barisan.
"Ari, kenapa kamu datang terlambat? Bukankah ibu guru sudah jauh-jauh hari berpesan supaya semua datang pada waktunya?" tegur bu Nina, guru kelas mereka.
"Ma-maaf, bu, saya ketiduran karena bermimpi," sahut Ari jujur.
Grrrrr…seisi kelas tergelak.
"Memangnya kamu mimpi apa?" tanya guru lagi.
"Saya bermimpi dibawa malaikat jalan-jalan ke surga."
"Hmmm…nanti sesudah acara kamu ceritakan di depan kelas tentang mimpimu itu ya," kata bu Nina setengah menyindir.
Lalu bu guru beralih kepada Kaleb, "Kamu, Kaleb, kenapa terlambat."
Jawab Kaleb, "Aku diajak Ari dalam mimpinya itu, bu…"
(Pesan moral: Semua orang ingin ke surga, tapi tidak semua menyadari bahwa untuk bisa pergi ke surga seseorang harus mau meninggalkan dunia ini. Sebab surga dan dunia adalah dua tempat yang jauh terpisah, dan anda tidak mungkin berada di kedua tempat itu sekaligus. Banyak orang yang tak rela tinggalkan dunia ini lalu merasa cukup puas kalau dapat pergi ke surga walau hanya dalam mimpi. "Bertobatlah, sebab kerajaan surga sudah dekat!" Mat. 4:17).
***



BUKTI KENAKALAN 

Ibu hampir putus asa dengan kenakalan Didi, putranya yang berusia sembilan tahun. Setiap hari ada saja kenakalan yang dibuatnya, dan setiap kali dinasihati bahkan dihukum dia akan berjanji tidak berbuat lagi, namun janji tinggal janji.
"Bu, kenapa ibu sekarang banyak rambut putihnya?" tanya Didi pada suatu hari.
"Kenapa kamu tanyakan soal rambut ibu?" ibunya balas bertanya.
"Ya, kepingin tahu saja," sahut anaknya. "Sebab ibu si Amin, temanku, rambutnya hitam semua."
"Kamu tahu, rambut ibu banyak ubannya karena kenakalan kamu," jawab ibunya seakan mendapat peluang. "Setiap kali kamu berbuat nakal akan tumbuh satu helai rambut putih."
Airmuka Didi berubah jadi muram. Sesaat kemudian dia bertanya lagi:
"Kalau begitu, kenapa rambut nenek putih semua?"
(Pesan moral: Seperti kita tahu, kenakalan bukan monopoli anak-anak [juvenile delinquency] tapi juga orang dewasa [adult delinquency]; tentu saja dengan karakteristik serta dampaknya masing-masing. Perilaku kekanak-kanakan juga sering dipertontonkan oleh orang dewasa, sehingga timbul pemeo ‘orang dewasa adalah kanak-kanak yang bertubuh besar.’ Terkadang seperti itu. "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata…merasa…berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang…aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu" 1Kor. 13:11).
***


SESUAI DENGAN ZAMAN 

Ketika pulang dari gereja Jimi, 11 tahun, ditanya oleh pamannya apa yang dipelajarinya hari itu. Dengan bersemangat Jimi menjawab bahwa guru Alkitab menceritakan tentang Musa yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir.
"Wah, apa kamu bisa ceritakan itu kembali?" tanya pamannya menguji.
Tanpa ragu Jimi mulai mengulangi cerita itu. Tetapi begitu tiba pada bagian di mana rombongan bangsa Israel sampai di tepi Laut Merah sementara dari belakang pasukan Mesir mengejar, Jimi tampak sedikit ragu.
Setelah berpikir sejenak diapun melanjutkan:
"Waktu mereka sampai di Laut Merah, nabi Musa langsung perintahkan pasukan zeni tempur untuk segera membuat jembatan pontoon supaya semua orang bisa menyeberang dengan aman.
"Sesudah itu dengan menggunakan walkie-talkie Musa meminta bantuan dari markas. Mereka mengirim pesawat-pesawat pembom yang datang membom jembatan buatan itu pada saat barisan terakhir Israel sudah sampai di seberang, dan pasukan musuh yang sedang mengejar masih berada di atas jembatan itu."
"Jimi, apa persis seperti itu yang gurumu ceritakan?" tanya paman sangsi.
"Sebetulnya tidak seperti itu, tapi kalau saya bercerita persis seperti yang guru itu ceritakan, pasti paman tidak akan percaya," sahut Jimi.
(Pesan moral: Secara teoretis, setiap makhluk hidup mampu beradaptasi demi mempertahankan hidup, terutama dunia satwa. Manusia [homo sapiens], sebagai makhluk paling cerdas, kemampuan adaptatifnya tidak terbatas secara fisik saja, tapi juga sikap sosial dan cara berpikirnya. Bahkan juga penyesuaian diri dalam keberagamaan sehingga menyerupai "bunglon rohani" demi kenyamanan hidup di lingkungan serta zaman apa saja. Orang Kristen sejati bukanlah orang yang kompromistis dalam hal keimanannya. "Berpeganglah pada keyakinan yang engkau miliki itu, bagi dirimu sendiri di hadapan Allah" Rm. 14:22).

Humor : SELALU BERBAGI, PERKIRAAN YANG SALAH, KEBIASAAN IBU

SELALU BERBAGI


Hari Sabat itu Ari dan Kaleb datang terlambat ke gereja, padahal itu adalah Sabat ke-13 dan kelas pra-remaja di mana mereka berdua tergabung hendak menampilkan acara di depan jemaat.
Ketika mereka berdua dengan tergesa-gesa dan hampir bersamaan masuk ke kelas teman-teman sudah berada dalam barisan.
"Ari, kenapa kamu datang terlambat? Bukankah ibu guru sudah jauh-jauh hari berpesan supaya semua datang pada waktunya?" tegur bu Nina, guru kelas mereka.
"Ma-maaf, bu, saya ketiduran karena bermimpi," sahut Ari jujur.
Grrrrr…seisi kelas tergelak.
"Memangnya kamu mimpi apa?" tanya guru lagi.
"Saya bermimpi dibawa malaikat jalan-jalan ke surga."
"Hmmm…nanti sesudah acara kamu ceritakan di depan kelas tentang mimpimu itu ya," kata bu Nina setengah menyindir.
Lalu bu guru beralih kepada Kaleb, "Kamu, Kaleb, kenapa terlambat."
Jawab Kaleb, "Aku diajak Ari dalam mimpinya itu, bu…"

(Pesan moral: Semua orang ingin ke surga, tapi tidak semua menyadari bahwa untuk bisa pergi ke surga seseorang harus mau meninggalkan dunia ini. Sebab surga dan dunia adalah dua tempat yang jauh terpisah, dan anda tidak mungkin berada di kedua tempat itu sekaligus. Banyak orang yang tak rela tinggalkan dunia ini lalu merasa cukup puas kalau dapat pergi ke surga walau hanya dalam mimpi. "Bertobatlah, sebab kerajaan surga sudah dekat!" Mat. 4:17).***


PERKIRAAN YANG SALAH  

Seorang profesor teologia memasuki ruang kuliah. Sesuai jadwal, hari itu dia akan memberi ujian akhir semester kepada sekitar tigapuluhan mahasiswa senior di seminari itu. Tapi sebelum kertas ujian dibagikan dosen yang dikenal sangat ramah dan akrab dengan mahasiswa itu ingin menyampaikan suatu kejutan.
"Saya sangat senang mengajar anda selama satu semester ini, dan saya tahu anda semua sudah berusaha keras. Karena sepanjang minggu ini anda juga sibuk dan stres menghadapi ujian-ujian berbagai mata kuliah lainnya, maka siapa saja yang mau absen dari ujian akhir saya kali ini tetap akan mendapat nilai ‘B’ untuk mata kuliah saya."
Seketika kelas itu riuh dengan ungkapan bernada riang disertai tawa para mahasiswa yang merasa lega. Separuh dari mereka langsung mengambil perlengkapan mereka dan berjalan keluar.
Begitu rombongan itu meninggalkan kelas, sang profesor berkata kepada para mahasiswa yang masih tinggal, yang mungkin masih ragu atau tidak percaya pada tawaran dosen mereka itu.
"Ada lagi? Saya berikan kesempatan terakhir bagi mereka yang mau absen dari ujian saya kali ini, dengan jaminan mendapat nilai B," tukasnya lagi dengan nada serius.
Seorang mahasiswa beranjak dari tempat duduknya, diikuti oleh seorang mahasiswi lain. Setelah keduanya pergi sang profesor menutup pintu.
"Saya senang melihat kalian sebagai orang-orang yang percaya diri," katanya kepada para mahasiswa yang tersisa. "Anda semua pasti akan menerima nilai ‘A’ dari saya!"
(Pesan moral: Sebuah pepatah lama mengatakan, "Ada kalanya hal-hal yang baik menghalangi kita dari hal-hal yang terbaik." Sebutan ini juga berlaku dalam hal kerohanian tatkala kita merasa cukup puas dengan sekadar menjadi orang Kristen yang "baik" di mata sesama. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna" Mat. 5:48.)***

 
KEBIASAAN IBU

Setelah berpacaran serius selama kurang-lebih satu tahun, Toni mengajak Tini berakhir pekan sambil berkenalan dengan orangtuanya yang tinggal di kota lain. Tentu saja ajakan ini disambut dengan senang hati oleh Tini.
"Ton, saya terkesan lho dengan keluargamu," ujar Tini dalam perjalanan pulang. "Apalagi ayahmu, saya sangat kagum."
"Memang mereka berdua adalah pasangan suami-istri yang harmonis," sahut Toni bangga. "Tapi, coba kamu sebutkan secara spesifik, hal apa yang kamu kagumi dari ayah saya?"
"Ehm…begini lho, saking sayangnya kepada ibumu sampai membereskan rumah dan memasak pun ayahmu yang mengerjakannya," kata Tini.
Sejak hari itu setiap kali ada kesempatan yang tepat Tini akan mengungkapkan rasa kagumnya itu kepada Toni, sambil tak lupa menyinggung soal membereskan rumah dan memasak.
Beberapa bulan kemudian Toni dan Tini menikah. Duduk bersanding di pelaminan, didampingi pasangan orangtua masing-masing, Tini tak putus-putusnya mengulangi rasa kagumnya terhadap ayah Toni. Lagi-lagi dengan menyebutkan tentang kebiasaannya membereskan rumah dan memasak sementara istrinya duduk dengan santai.
"Saya mau tanya, Ton," ucapnya lirih, "apakah kebiasaan ayahmu itu menurun kepada anak-anaknya?"
Tanpa mengalihkan pandangannya dari tamu-tamu yang berdatangan, Tony menjawab:
"Kalau aku sih mewarisi kebiasaan dari ibuku…!"
(Pesan moral: Warisan yang semua orangtua sanggup untuk tinggalkan bagi anak-anaknya adalah pengajaran dan keteladanan, tetapi justeru itulah yang paling sering diabaikan oleh banyak orangtua. "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu" Ams. 22:6.).***

Humor : MASIH MARAH, MENCARI YANG SEMPURNA, ANAK MAMA

MASIH MARAH

Siang itu terjadi pertengkaran amat sengit antara sepasang suami-istri. Sang suami kemudian meninggalkan rumah pergi jalan-jalan. Tujuannya untuk mencari angin sambil meredakan amarah.
Menjelang malam, setelah banyak merenung dan menyadari kekeliruannya, sang suami menelpon ke rumah. Dia berniat untuk menyudahi pertengkaran.
"Halo sayang, kamu masak apa untuk makan malam kita?" kata sang suami sambil mematut-matutkan suara selembut mungkin, setelah mendengar istrinya yang menjawab telepon.
"Ha! Kamu tanya saya masak apa?" sergah sang istri yang nampaknya masih geram. "Masak racun!"
Sedikit tersentak sang suami buru-buru menjawab:
"Kalau begitu jangan masak banyak-banyak, cukup buat kamu sendiri saja. Saya mau mampir makan malam di restoran!"

(Pesan moral: Marah adalah manusiawi. Setiap orang yang normal, yang memiliki rasa dan karsa, bisa saja menjadi marah. Orang Kristen juga boleh marah, asalkan pantas dan tidak memendamnya lama-lama. "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berdosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" Ef. 4:26.)
***

MENCARI YANG SEMPURNA

Tomi menelpon Roni, sahabat karibnya sejak belasan tahun lalu ketika sama-sama aktif di satu jemaat sebagai anggota PA. Mereka sudah lama tidak bersua karena Tomi sekarang bermukim di luar negeri.
"Hei, Ron, apa kabar?"
"Eh Tom, aku baik-baik saja."
"Gimana, kamu sudah menikah?" tanya Tomi.
"Belum ada yang kena di hati," sahut Roni.
"Kamu terlalu pilih-pilih sih. Tidak ada gadis yang sempurna," Tomi menasihati karena tahu benar dengan sifat temannya itu.
"Sebenarnya ada, Tom. Dia anggota baru di jemaat kita, pindahan dari tempat lain."
"Maksud kamu, dia gadis yang sempurna? Begitu?" Tomi mengejar penuh entusias.
"Benar, Tom," balas Roni. "Menurut aku, dialah gadis sempurna yang aku idam-idamkan."
"Lalu, kenapa kamu tidak langsung melamarnya saja?"
"Sudah, tapi ditolak," balas Roni dengan nada kecewa. "Alasannya, dia juga sedang mencari pria yang sempurna!"

(Pesan moral: Menginginkan yang terbaik bagi diri sendiri adalah hak setiap orang, dalam hal apapun. Masalahnya, banyak orang menghendaki kesempurnaan ada pada pihak orang lain, tetapi mengabaikannya bagi diri sendiri. "Dan inilah yang kami doakan, yaitu supaya kamu menjadi sempurna…usahakanlah dirimu supaya sempurna" 2Kor. 13:9, 11.)
***

ANAK MAMA

Butje adalah pemuda ganteng. Maklum masih keturunan campuran, atau biasa disebut berdarah Indo. Tentu saja banyak gadis yang tertarik kepadanya. Namun demikian soal menikah adalah suatu hambatan baginya.
"Tolong cariin, dong," bisik Butje kepada Dodo, di pesta pernikahan sobatnya itu.
"Sepanjang yang saya tahu, sudah lebih dari sepuluh gadis yang kamu pacari. Semuanya cantik-cantik lagi," ujar Dodo. "Masak tidak ada satupun yang cocok?"
"Kalau buat aku sih semua mereka itu cocok," balas Butje. "Tapi belum ada yang cocok dengan kemauan mama."
Beberapa minggu kemudian, ketika Dodo dan istrinya jalan-jalan ke mal, mereka memergoki Butje sedang bergandengan mesra dengan seorang gadis cantik. Dari caranya berdandan jelas terlihat dia adalah gadis metropolitan.
"But, kelihatannya sudah OK nih?" bisik Dodo, sementara istrinya berbicara dengan sang gadis.
"Doain aja. Mama aku juga setuju banget," balas Butje singkat.
Sebulan kemudian telepon genggam Dodo bordering. Ternyata Butje. Dugaan Dodo bahwa dia bakal menerima berita bahagia ternyata meleset.
"Kami sudah putus," kata Butje singkat.
"Apa lagi masalahnya?" tanya Dodo.
"Papa tidak setuju!"

(Pesan moral: Bagi kita orang Timur, perkawinan bukan saja ikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, tapi sesungguhnya itu adalah ikatan antara dua keluarga besar. Namun, sebagai sebuah rumahtangga, ikatan perkawinan seyogianya hanyalah antara suami-istri itu saja. Orang lain, siapapun dia, berada pada posisi sebagai orang ketiga."Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" Kej. 2:24; Mat. 19:5.)

SEBUAH CERITA TENTANG MATA UANG TIGA DOLLAR


Mata uang tiga dolar ini telah dikeluarkan oleh Bank of Hudson, New York di tahun 1816. Selama masa periode ini, Pemerintah Amerika Serikat telah mengesahkan bank-bank prbadi untuk mengeluarkan uang kertar berdarakan pada likuiditas mereka. Bank mengeluarkan surat berharga dari banyak denominasi-denominasi yang tidak biasa. Harga yang dicantumkan mengurangi semakin jauh dario bank dari nilai asli mereka dan mereka di habiskan sehubungan dengan kerugian dan pengeluaran di dalam menebus menggantikan mereka dengan "uang yang sebenarnya" – uang logam.
Ya, ada suatu waktu ketika ada uang tiga dolar. J. N. Loughborough mengatakan cerita berikut (dipadatkan) di dalam autobiografinya:
[Sebagai seorang muda yang baru berusia 16 tahun, dia telah dikontrak untuk melakukan pekerjaan angkutan di sebuah tokoh] "berdiri di dekat dengan Erie Canal, dan kebanyakan dari pelanggan kita adalah supir-supir. Gantinya belajar tentang pekerjaan anggutan, saya ditugaskan untuk menarik sepatu kuda, mengencangkan pakunya, mengisi dan menyelesaikan kuku itu, dll. Selama tiga bulan itu tidak ada kereta penarik di toko itu. Oleh karena saya tidak menerima pekerjaan angkutan seperti yang dijanjikan, saya membatalkan kontrak itu, dan menerima pekerjaan tiga bulan untuk menyelesaikan tempat tinggal saya dan baju kerja setengah kulit sapi.
"Sekarang dengan tidak memiliki uang sepeserpun, saya kembali ke tempat tinggal ibuku di kampung kelahiranku. Di sanalah saya mulai menuai hasilnya ketika saya tinggal di daerah malaria yaitu di daerah sekitar kanal dan kolam-kolam di mana katak hidup. Saya mulai merasa dingin...saya pikir hidup saya sudah berakhir.
"Ketika rasa dingin itu mulai meliputi saya, saya merasa bahwa adalah tugas saya untuk pergi dan berkotbah kepada orang lain tentang kebenaran yang indah itu...namun saya mulai mencoba untuk membuang pengakuan ini dengan pemikiran bahwa seorang anak laki-laki yang belum berusia tujuh belas tahun sangatlah terlalu muda untuk berkotbah. Kemudian, lagi-lagi saya berpikir bahwa saya tidak punya uang sepeserpun dan pakaian-pakaianku tidak ada yang pantas...Jadi pada hari ketika saya diserang oelah perasaan dingin ini sebanyak dua kali, saya berkata, ‘Tuhan, hilangkanlah rasa dingin dan demam ini dan saya akan pergi untuk berkotbah sesegera mungkin’... Perasaan dingin itupun hilang pada saat itu juga.
"Setelah berakhirnya serangan malaria selama sembilan minggu, saya sangat lemah secara fisik, namun tetap sadar...tetapi tidak mungkin untuk pergi dalam pekerjaan pelayanan. Saya kemudian diberikan sebuah pekerjaan yaitu memotong kayu. Dalam waktu satu minggu saja saya sudah dapat menabung sebanyak satu dolar setelah mengurangi pengeluaran-pengeluaran. Itu akan dapat mengongkosi saya kemana saya harus pergi, tetapi bagaimana dengan pakaian? Tetangga yang kepadanya saya bekerja memberikan kepada saya sebuah jas dan sepasang celana panjang, baju bekas miliknya; tetapi oleh karena dia adalah seorang pria yang jauh lebih tinggi dari saya, baju-baju ini setelah dipotong setengah yaitu beberapa inci dari celana panjang itu kini menjadi tidak cocok untuk dipakai... Kakak saya telah memberikan kepada saya sebuah mantel yang juga sudah saya potong setengahnya. Bersama dengan dandanan yang aneh dan dengan $ 1.00 itu, saya memutuskan untuk pergi ketempat-tempat dimana saya tidak dikenal dan mulai mencoba untuk berkotbah. Jika saya gagal, maka teman-teman saya tidak akan mengetahuinya.
"Pada suatu hari Caleb Broughton datang kepada saya dan bertanya apa yang akan saya kerjakan selama musim dingin ini. Saya telah rindu untuk menyatakan isi hati saya, namun saya tidak berani untuk mengatakan apapun karena saya takut membuat kesalahan. Saya menjawab, ‘Saya telah berpikir bahwa Tuhan menginginkan saya untuk berkotbah, tetapi bisa saja saya salah.’
"’Puji Tuhan, saudara John!’ jawabnya. ‘Saya sudah memperhatikan kamu untuk waktu yang lama, dan kelihatan kepada saya bahwa tugasmu adalah untuk berkotbah. Saya akan melakukan apa saja yang dapat saya lakukan untuk menolong anda untuk berkotbah.’ Dia kemudian memberikan kepada saya uang tiga dolar, hadiah yang pertama untuk sebuah tujuan.
"Tepat setelah Natal, tahun 1848, saya pergi dengan menggunakan kereta api ke Rochester, berjalan 12 mil menuju Adams Basin, menginap dirumah saudara laki-laki saya, kemudian berjalan menuju Kendall Comers dimana saya tidak mengenal seorangpun di sana. Dengan beberapa buku yang senilai 5 dolar yang telah diberikan kepada saya untuk dijual untuk melanjutkan perjalanan saya, saya semakin dekat dengan tempat itu, sambil mengangkat hati saya kepada Tuhan dan berharap bahwa Dia akan membuka jalan."
Dengan demikian apa yang telah menjadi sebuah gambaran karir yang panjang dari seorang dari para perintis gereja kita. J. N. Adalah juega orang pertama yang menulis sebuah sejarah dari gereja kita yaitu Pergerakan Kedatangan Kedua Yang Besar.

PERKUMPULAN ORANG MUDA DI BERBAGAI BELAHAN BUMI


Amerika Utara—Sementara hampir semua cerita sejauh ini berpusat pada benua ini, mungkin adalah menarik untuk di catat bahwa tentang hampir 20,000 anggota perkumpulan orang muda yang dilaporkan pada tahun 1918, sekitar 8 % dilaporkan telah membaca Alkitab, 20 % dilaporkan telah mengikuti Kursus Membaca dan mendapatkan sertifikat, dan mereka mengumpulkan rata-rata $3.54/orang untuk misi luar negeri melalui perkumpulan-perkumpulan mereka (gambaran ini adalah bagian dari dana yang lain yang dimasukkan, seperti untuk Sekolah Sabat, dll). Eropa—Perang Dunia Pertama telah memainkan bagian yang besar di dalam mempengaruhi pelayanan orang muda di seluruh Eropa pada masa ini. Banyak orang muda pria telah dipaksa untuk masuk kedalam pelayanan kemiliteran untuk setiap negara. Gereja-gereja dihancurkan, keanggotaan menjadi terpecah-pecah, pertemuan-pertemuan dibatalkan; namun pelayanan orang muda mencoba untuk berterima kasih dengan keadaan ini. Ketika banyak orang muda pria tidak mampu untuk dapat dilibatkan, maka semuanya diambil alih oleh orang muda wanita; perkumpulan-perkumpulan bertambah dan menjadi makmur.
Konsep-konsep dan program-program yang telah dikembangkan oleh Departemen Orang Muda General Conference diterjemahkan, disesuaikan, dan diimplementasikan. Perkumpulan pertama yang telah diorganiser di Eropa bagian Tengah adalah di sebuah sekolah yang baru dibentuk di Friedensau, Jerman pada tahun 1900; tidak lama kemudian diikuti oleh Hamburg. Transylvania juga memiliki perkumpulan mereka yang pertama pada tahun 1909, dan Budapest, Hongaria memiliki sebuah perkumpulan pada tahun 1913. Pada tahun 1918 ada sekitar 100 anggota yang terlibat di dalam mengajar bahasa. Ditemukan bahwa ini adalah sebuah metode yang baik untuk mengajar orang-orang muda yang berada di luar gereja—yaitu yang merupakan pendahulu dari berdirinya sekolah-sekolah bahasa yang telah beroperasi di banyak negara di seluruh dunia. Orang-orang muda Romania telah menjadi kelompok mayoritas di dalam gereja dan mengembani tanggungjawab yang berat selama masa kesukaran ini. Orang-orang muda di Scandinavia yang lebih dahului memiliki visi tentang Misi Global dengan cara mengirimkan dan mendukung seorang misionaris muda di antara orang-orang/bangsa Lap di bagian utara negara mereka.
Pasifik Selatan—Keseluruhan keanggotaan dari gereja hanya mencapai 6,000 orang selama masa ini, namun, keanggotaan dari perkumpulan orang muda mencapai 3,000 orang. Dari Australia, Cook Island, Fiji, Norfolk dan pulan-pulau yang lainpun dilaporkan tentang bertumbuhnya perkumpulan-perkumpulan di sana. Kalender Morning Watch mulai dicetak dan dijual kepada masyarakat umum dalam jumlah yang besar, dan orang-orang muda mengumpulkan sektiar $10,000 untuk melengkapi dan mengirim sebuah kapal, "Melanesia," untuk bekerja di antara pulau-pulau—sebuah proyek mula-mula Misi Global.
India—Kantor Departemen Orang Muda General Conference telah menerima sebuah surat kejutan pada suatu hari di tahun 1916 yang meminta tujuh buah Sertifikat Standar Pencapaian. Ketujuh orang muda yang telah menyelesaikan kursus itu mewakili lima bahasa. Orang-orang muda pria ini telah keluar setiap minggu untuk membagikan pample-pamplet, menjual bagian-bagian Alkitab dan berkotbah. Para orang-orang muda wanita pertama berpikir bahwa mereka tidak dapat melakukan hal yang sama karena tidak dapat diterima secara budaya, jadi mereka menghabiskan waktu mereka membuat cedera mata untuk dijual untuk mendukung usaha-usaha orang muda pria ini. Tetapi ketika mereka telah mengumpulkan sejumlah uang yang cukup, mereka memutuskan untuk mencoba untuk membuat pamplet untuk dibagikan oleh mereka sendiri. Mereka menjadi semakin berani dan berdiri di depan orang banyak, menyanyikan lagu-lagu, dan menceritakan kepada orang banyak itu cerita-cerita yang telah berabad-abad umurnya.
Asia Tenggara—Pada tahun 1917 Singapura telah memiliki tiga perkumpulan, masing-maing mencoba untuk menjangkau orang-orang muda dalam bahasa mereka masing-masing: Yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Cina dan Bahasa Melayu.
Pilipin—Kelihatannya bahwa orang-orang muda pria Pilipin selalu menjadi orang-orang muda yang penuh semangat dengan ide-ide yang baru ini. Walupun berbeda secara pulau-pulau, suku, dan bahasa dapat membuktikan suatu penghalang yang besar untuk banyak orang, namun mereka selalu menyukai tantangan kepada orang-orang muda dari negara ini. Program-program seperti membaca Alkitab dan belajar Doktrin Alkitab, Sejarah Gereja, Morning Watch dan penginjilan pribadi selalu menandai perkumpulan-perkumpulan ini semenjak beridirinya. Hal ini telah menciptakan kekuatan orang muda yang sangat besar yang mau untuk keluar kesemua penjuru dan menyebarkan-luaskan injil, dan hasilnya pada saat ini bahwa Pilipin terus maju dalam proyek Misi Global dan partisipasinya. Laporan mula-mula yang telah dikirim, sehubungan dengan pelayanan orang muda di dalam negara ini yaitu pada tahun 1912, dan laporan-laporan tertulis oleh pemimpin-pemimpin gereja pada tahun 1917 memberikan hal yang besar dari semangat orang muda di dalam usaha-usaha bersaksi.
Cina—Pada bulan Juli tahun 1914 kepemimpinan setempat di Cina telah mengadakan sebuah Sekolah Sabat Bersama dan Konvensi Misionaris di Shanghai. Laporan terus menceritakan tentang laporan-laporan yang memberikan semangat tentang pertobatan-pertobatan dan jangkauan-jangkauan keluar, tentang berkembang luasnya perkumpulan-perkumpulan dan pengembangan program sepanjang tahun-tahun permulaan ini. Tanpa diketahui, sebuah pusat telah dibangun yang telah mewarnai dekade masa depan dari keterisolasian.
Jepang—Kalender Morning Watch untuk pertama kali dicetak di Jepang pada tahun 1909; namun, bahan cetakan yang lain sangatlah jarang sejauh ini. Para penterjemah hanya beberapa orang dan bahkan tidak ada, dan proses penterjemahan itu sendiri berjalan dengan sangat lamban. Pendeta H. Kuniya menulis di tahun 1913 tentang kesulitan-kesulitan dari membentuk pekerjaan yang terorganiser untuk orang-orang muda, namun pada watku yang sama menyatakan sikap yang positif tentang apa yang telah dilakukan dengan menggaris bawahi apa yang telah dia lakukan ketika dia mengajar orang muda kata-demi kata dari mulut ke-mulut dan tentang masa depan orang mudanya yang cerah yang telah dia melihat dan bayangkan untuk negeri yang besar ini.
Korea—Hampir bersamaan, dua perkumpulan telah diorganiser di dua tempat yang berbeda dari negara ini selama bulan-bulan pertama dari tahun 1911, sebuah perkumpulan telah dibentuk di sekolah putri di Soonan dan yang lain lagi di sebuah gereja di Seoul. Korea adalah sebuah bangsa yang terisolasi yang dikenal dengan "The Hermit Kingdom" (Kerajaan Pertama) selama tahun-tahun ini, jadi hanya beberapa laporan saja yang masuk dan jarang sekali. Namun pada penutupan tahun 1912, Miss Scott, seorang Misionaris dan guru di Sekolah Soonan yang juga menjabat sebagai direktur pemuda untuk negara itu, telah melaporkan bahwa ada 10 perkumpulan yang tersebar luas di seluruh wilayah negara itu.
Amerika Selatan—Mungkin sukar untuk dapat dipercaya bahwa tahun-tahun permulaan dari gereja di Amerika Selatan sangat teramat sulit, khususnya ketika seseorang berpikir tentang apa yang telah terjadi di sana selama beberapa dekade yang telah lalu. Sementara pada saat ini tulang belakang dari gereja di benua ini terbuat dari orang-orang muda, ada suatu waktu ketika pelayanan orang muda telah menerima sangat sedikit dukungan. Seperti pada permulaan tahun 1909 Kalender Morning Watch telah diterbitkan secara sporadis di Jerman, Spanyol, dan Potugis, dan telah dibuka sebuah kursus membaca di dalam bahasa Spanyol, tetapi tidak ada yang lebih dari pada itu untuk sementara waktu. Pada tahun 1918 seorang pekerja menulis, "Ini akan membutuhkan banyak kesabaran dan kerajinan untuk menuntun orang-orang muda maju di dalam sebuah garis organsisasi Perkejaan Orang Muda" yang reguler. Dalam rapat General Conference pada tahun 1918, kebutuhan orang-orang muda di benua ini telah diberikan pertimbangan khusus dan seorang pemimpin telah dipilih untuk orang muda dengan apa yang telah kita kenal dengan sebutan "The Neglected Continent (Benua Yang Terlupakan)."
Afrika—Seorang ketua konfrens di Afika bagian Timur dapat melaporkan di tahun 1915 bahwa Perkumpulan M. V. di stasiun Solusi (sekarang ini telah menjadi Solusi University, Zimbabwe) mungkin adalah satu-satunya perkumpulan dengan lebih banyak yang mendaftar di dalam kelas Standar Pencapaian di dalam Perkumpulan M. V. itu sendiri, demikianlah ketertarikan dan antusiasme untuk program dan fokus dari pelayanan orang muda mereka.
Karibia—Wilayah ini membuat perbedaan dengan memiliki perkumpulan-perkumpulan di luar dari negara Amerika Serikat untuk mengirimkan laporan-laporan dari usaha-usaha mereka—pada tahun 1905—menurut Matilda Erockson. Sebuah laporan pada tahun 1915 mencatat bahwa ada 200 orang muda telah ditobatkan dan persembahan sejumlah $500 telah dikumpulkan untuk proyek-proyek jangkauan keluar.

Sumber : www.kadnet.info

Rabu, 11 Agustus 2010

Science vs God

I have a story for you.. enjoy it.. ^^

This is a good story and a great lesson.
A science professor begins his school year with a lecture to the students, "Let me explain the problem science has with religion." The atheist professor of philosophy pauses before his class and then asks one of his new students to stand.
"You're a Christian, aren't you, son?"
"Yes sir," the student says.
"So you believe in God?"
"Absolutely."
"Is God good?"
"Sure! God's good."
"Is God all-powerful? Can God do anything?"
"Yes."
"Are you good or evil?"
"The Bible says I'm evil."
The professor grins knowingly. "Aha! The Bible!" He considers for a moment. "Here's one for you. Let's say there's a sick person over here and you can cure him. You can do it. Would you help him? Would you try?"
"Yes sir, I would."
"So you're good...!"
"I wouldn't say that."
"But why not say that? You'd help a sick and maimed person if you could. Most of us would if we could. But God doesn't."
The student does not answer, so the professor continues. "He doesn't, does he? My brother was a Christian who died of cancer, even though he prayed to Jesus to heal him. How is this Jesus good? Hmmm? Can you answer that one?"
The student remains silent.
"No, you can't, can you?" the professor says. He takes a sip of water from a glass on his desk to give the student time to relax.
"Let's start again, young fella. Is God good?"
"Er...yes," the student says.
"Is Satan good?"
The student doesn't hesitate on this one. "No."
"Then where does Satan come from?"
The student falters. "From God"
"That's right. God made Satan, didn't he? Tell me, son. Is there evil in this world?"
"Yes, sir."
"Evil's everywhere, isn't it? And God did make everything, correct?"
"Yes."
"So who created evil?" The professor continued, "If God created everything, then God created evil, since evil exists, and according to the principle that our works define who we are, then God is evil."
Again, the student has no answer. "Is there sickness? Immorality? hatred? Ugliness? All these terrible things, do they exist in this world?"
The student squirms on his feet. "Yes."
"So who created them?"
The student does not answer again, so the professor repeats his question. "Who created them?" There is still no answer. Suddenly the lecturer breaks away to pace in front of the classroom. The class is mesmerized.
"Tell me," he continues onto another student. "Do you believe in Jesus Christ, son?"
The student's voice betrays him and cracks. "Yes, professor, I do."
The old man stops pacing. "Science says you have five senses you use to identify and observe the world around you. Have you ever seen Jesus?"
"No sir. I've never seen Him."
"Then tell us if you've ever heard your Jesus?"
"No, sir, I have not."
"Have you ever felt your Jesus, tasted your Jesus or smelt your Jesus? Have you ever had any sensory perception of Jesus Christ, or God for that matter?"
"No, sir, I'm afraid I haven't."
"Yet you still believe in him?"
"Yes."
"According to the rules of empirical, testable, demonstrable protocol, science says your God doesn't exist. What do you say to that, son?"
"Nothing," the student replies. "I only have my faith."
"Yes, faith," the professor repeats. "And that is the problem science has with God. There is no evidence, only faith."
The student stands quietly for a moment, before asking a question of His own. "Professor, is there such thing as heat?"
"Yes," the professor replies. "There's heat."
"And is there such a thing as cold?"
"Yes, son, there's cold too."
"No sir, there isn't."
The professor turns to face the student, obviously interested. The room suddenly becomes very quiet. The student begins to explain. "You can have lots of heat, even more heat, super-heat, mega-heat, unlimited heat, white heat, a little heat or no heat, but we don't have anything called 'cold'. We can hit up to 458 degrees below zero, which is no heat, but we can't go any further after that. There is no such thing as cold; otherwise we would be able to go colder than the lowest -458 degrees."
"Every body or object is susceptible to study when it has or transmits energy, and heat is what makes a body or matter have or transmit energy. Absolute zero (-458 F) is the total absence of heat. You see, sir, cold is only a word we use to describe the absence of heat. We cannot measure cold. Heat we can measure in thermal units because heat is energy. Cold is not the opposite of heat, sir, just the absence of it."
Silence across the room. A pen drops somewhere in the classroom, sounding like a hammer.
"What about darkness, professor. Is there such a thing as darkness?"
"Yes," the professor replies without hesitation. "What is night if it isn't darkness?"
"You're wrong again, sir. Darkness is not something; it is the absence of something. You can have low light, normal light, bright light, flashing light, but if you have no light constantly you have nothing and it's called darkness, isn't it? That's the meaning we use to define the word. In reality, darkness isn't. If it were, you would be able to make darkness darker, wouldn't you?"
The professor begins to smile at the student in front of him. This will be a good semester. "So what point are you making, young man?"
"Yes, professor. My point is, your philosophical premise is flawed to start with, and so your conclusion must also be flawed."
The professor's face cannot hide his surprise this time. "Flawed? Can you explain how?"
"You are working on the premise of duality," the student explains. "You argue that there is life and then there's death; a good God and a bad God. You are viewing the concept of God as something finite, something we can measure. Sir, science can't even explain a thought."
"It uses electricity and magnetism, but has never seen, much less fully understood either one. To view death as the opposite of life is to be ignorant of the fact that death cannot exist as a substantive thing. Death is not the opposite of life, just the absence of it. Now tell me, professor. Do you teach your students that they evolved from monkey?"
"If you are referring to the natural evolutionary process, young man, yes, of course I do."
"Have you ever observed evolution with your own eyes, sir?"
The professor begins to shake his head, still smiling, as he realizes where the argument is going. A very good semester, indeed.
"Since no one has ever observed the process of evolution at work and cannot even prove that this process is an on-going endeavor, are you not teaching your opinion, sir? Are you now not a scientist, but a preacher?"
The class is in uproar. The student remains silent until the commotion has subsided.
"To continue the point you were making earlier to the other student, let me give you an example of what I mean."
The student looks around the room. "Is there anyone in the class who has ever seen the professor's brain?" The class breaks out into laughter.
"Is there anyone here who has ever heard the professor's brain, felt the professor's brain, touched or smelt the professor's brain? No one appears to have done so. So, according to the established rules of empirical, stable, demonstrable protocol, science says that you have no brain, with all due respect, sir."
"So if science says you have no brain, how can we trust your lectures, sir?"
Now the room is silent. The professor just stares at the student, his face unreadable.
Finally, after what seems an eternity, the old man answers. "I guess you'll have to take them on faith."
"Now, you accept that there is faith, and, in fact, faith exists with life," the student continues. "Now, sir, is there such a thing as evil?"
Now uncertain, the professor responds, "Of course, there is. We see it everyday. It is in the daily example of man's inhumanity to man. It is in the multitude of crime and violence everywhere in the world. These manifestations are nothing else but evil."
To this the student replied, "Evil does not exist sir, or at least it does not exist unto itself. Evil is simply the absence of God. It is just like darkness and cold, a word that man has created to describe the absence of God. God did not create evil. Evil is the result of what happens when man does not have God's love present in his heart. It's like the cold that comes when there is no heat or the darkness that comes when there is no light."
The professor sat down.